BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di
negara berkembang, dengan perkiraan 3,2 juta kematian tiap tahun pada balita.
Secara keseluruhan anak-anak ini mengalami rata-rata 3,3 episod diare per
tahun. Sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi
sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya.1,2
Diare adalah penyebab penting kekurangan
gizi. Ini disebabkan karena adanya kehilangan selera makan pada penderita diare
sehingga anak makan lebih sedikit daripada biasanya dan kemampuan menyerap sari
makanan juga berkurang. Padahal kebutuhan sari makanannya meningkat akibat dari
infeksi.3
Secara umum penanganan diare akut
ditujukan untuk mencegah/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan
elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa
diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati
penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien
dan efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral
secara umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena
diperlukan jika terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare,
muntah yang tak terkontrol dan terganggunya masukan oral karena infeksi.2,10
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi
Definisi diare adalah buang air besar (defekasi) dengan
tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja
lebih banyak dari biasanya lebih dari 10ml/kg/hari. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar dengan
konsistensi yang encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar dengan
konsistensi yang encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.2
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung
kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih
dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dan dari
penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit.2
2.2 Epidemiologi
Kuman
penyebab diare menyebar masuk
melalui mulut antara lain makanan dan minuman yang tercemar tinja atau yang
kontak langsung dengan tinja penderita. Faktor
yang meningkatkan kerentanan terhadap diare antara lain tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun,
kurang gizi, campak, imunodefisiensi /
imunosupressif.1
Kebanyakan
diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan, insiden paling banyak pada umur 6
– 10 bulan (pada masa pemberian makanan pendamping). Variasi musiman pola musim diare dapat terjadi melalui letak
geografi. Pada daerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi
pada musim panas sedangkan diare karena virus puncaknya pada musim dingin. Pada daerah
tropik diare rotavirus terjadi sepanjang tahun, frekuensi meningkat pada musim
kemarau sedangkan puncak diare karena bakteri adalah pada musim hujan. Kebanyakan infeksi usus
bersifat asimtomatik dan proporsi ini meningkat di atas umur 2 tahun karena
pembentukan imunitas aktif.4
2.3 Etiologi
Terdapat beberapa macam penyebab diare antara lain
sebagai berikut5:
1)
Faktor infeksi
Infeksi
enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare,
meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.
coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi
virus (Enterovirus, Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans). Infeksi parenteral yaitu
infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti otitis
media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. (Behrman,
2009).
2)
Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (intoleransi
laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada
bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3)
Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi,
beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4)
Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa
takut dan cemas).
2.4 Patofisiologi
Terdapat
beberapa mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare yaitu3,5:
1)
Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare (Poorwo, 2003).
2)
Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan
selanjutnya timbul diare karena peningkatan isi lumen usus.
3)
Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare
(Poorwo, 2003).
2.5 Manifestasi Klinis
Pada Diare
cair akut dapat ditemukan gejala BAB lebih cair/encer dari biasanya, frekuensi
lebih dari 3 kali sehari. Apabila disertai darah disebut disentri (diare akut
invasif). Dapat disertai dengan muntah, nyeri perut dan panas.3
Diare akut
karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia,
nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi
yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis
metabolik yang berlanjut. Seseorang yang kekurangan cairan akan merasa haus,
berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih
menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala
ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.2
Pada
pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama, yaitu kesadaran, rasa haus,
turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu ubun-ubun besar
cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidak adanya air mata,
kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat
badan.2,3
Karena
kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan
sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul).1,4
Gangguan
kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur.
Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis.
Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.1
Penurunan
tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit
nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.3
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria sebagai berikut3:
1)
Tanpa dehidrasi:
a.
Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
b.
Keadaan umum baik, sadar
c.
Tanda vital dalam batas normal
d.
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air
mata ada, mucosa mulut dan bibir basah
e.
Turgor abdomen baik, bising usus normal
f.
Akral hangat.
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain
(tidak mau minum, muntah terus-menerus, diare frekuen).
2)
Dehidrasi ringan-sedang (kehilangan cairan 5-10% berat
badan)
a.
Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau
lebih tanda tambahan
b.
Keadaan umum gelisah
c.
Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung,
air mata kurang, mucosa mulut dan bibir sedikit kering
d.
Anak kehausan, minum dengan bernafsu
e.
Turgor kurang
f.
Akral hangat
Pasien harus
rawat inap (Ardhani, 2008).
3)
Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat
badan)
a.
Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dengan dua
atau lebih tanda tambahan
b.
Keadaan umum lemah, letargi atau koma
c.
Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata
tidak ada, mucosa mulut dan bibir sangat kering
d.
Anak malas minum atau tidak bisa minum
e.
Turgor kulit buruk
f.
Akral dingin
Pasien harus rawat inap (Ardhani, 2008).
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja4,8
1.
Dapat disertai darah atau lendir
2.
PH asam/basa
3.
Leukosit > 5/LBP
4.
Biakan dan test sensitivitas untuk etiologi bakteri
5.
ELISA (bila memungkinkan, untuk etiologi virus)
Pemeriksaan darah4
1.
Dapat terjadi gangguan elektrolit atau gangguan asam basa
2.
Analisa gas darah
2.7 Penatalaksanaan Syok
pada Anak
Syok
adalah tidak adekuatnya aliran darah ke organ tubuh untuk mencukupi kebutuhan
metabolisme, sehingga terjadi defisiensi akut oksigen seluler. Gejala klinis
yang tampak adalah mekanisme kompensasi tubuh terhadap gangguan perfusi
jaringan.6
Tatalaksana
awal syok6:
1.
Bebaskan jalan nafas dan oksigenasi dengan O2
100%
2.
Pasang akses vaskular (IV atau IO) dan ambil sampel
darah untuk pemeriksaan laboratorium
3.
Bolus dengan cairan kristaloid/koloid isotonic 20
ml/kgBB secepatnya (<10 menit), bisa diulang sampai perfusi baik atau 60
ml/kgBB atau terdengar ronkhi atau hepatomegali (10 – 15 menit)
4.
Evaluasi tanda klinis syok setiap selesai bolus
5.
Koreksi hipoglikemi dan hipokalsemi
2.8 Prinsip Penatalaksanaan
Diare Akut
Apabila
derajat dehidrasi yang terjadi akibat diare sudah di tentukan, baru kemudian
menentukan tatalaksana yang akan diterapkan secara konsisten.3
Terdapat
lima lintas tatalaksana diare, yaitu:
1)
Rehidrasi
2)
Dukungan nutrisi
3)
Supplement zinc
4)
Antibiotik selektif
5)
Edukasi orang tua
1. Tatalaksana diare berdasarkan
derajat dehidrasi
a. Diare cair akut tanpa
dehidrasi1,4,9
Penanganan
lini pertama pada diare cair akut tanpa dehidrasi antara lain sebagai berikut:
1)
Memberikan kepada anak lebih banyak cairan daripada biasanya
untuk mencegah dehidrasi. Dapat kita gunakan cairan rumah tangga yang
dianjurkan, seperti oralit, makanan cair (seperti sup dan air tajin) dan bila
tidak ada air matang, kita dapat menggunakan larutan oralit untuk anak.
Pemberian larutan diberikan terus semau anak hingga diare berhenti. Volume
cairan untuk usia kurang dari 1th : 50-100cc, untuk usia 1-5th
mendapat 100-200cc, untuk usia lebih dari 5th dapat diberikan
semaunya.
2)
Memberikan tablet zinc. Pemberian tablet zinc diberikan
selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Dosis
zinc untuk anak bervariasi, untuk anak usia dibawah 6 bulan sebesar 10mg (1/2
tablet) perhari, sedangkan untuk usia diatas 6 bulan sebesar 20 mg perhari.
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anak telah sembuh
dari diare.
3)
Memberikan anak makanan untuk mencegah kekurangan gizi.
4)
Membawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak
membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut buang air besar cair lebih
sering, muntah terus menerus, rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit,
demam, dan tinja berdarah.
5)
Anak harus diberi oralit dirumah
Formula oralit baru yangberasal dari WHO dengan komposisi sebagai
berikut:
Natrium : 75
mmol/L
Klorida : 65
mmol/L
Glukosa, anhydrous : 75 mmol/L
Kalium : 20
mmol/L
Sitrat : 10
mmol/L
Total osmolaritas : 245 mmol/L
Ketentuan pemberian oralit formula baru :
Beri ibu 2 bungkus oralit
formula baru, larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 L air matang,
untuk persediaan 24 jam, berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air
besar dengan ketentuan untuk anak usia kurang dari 2 tahun berikan 50-100 ml
setiap kali buang air besar, sedangkan untuk untuk anak berumur 2 tahun atau
lebih berikan 100-200 ml tiap kali buang air besar. Jika dalam waktu 24 jam
persediaan oralit masih tersisa, maka sisa larutan itu harus dibuang.
b. Diare cair akut dengan
dehidrasi ringan-sedang1,3
Rehidrasi
dapat menggunakan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan pemberian
kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti diatas setiap
kali buang air besar.
c. Diare Cair akut dengan
Dehidrasi Berat
Anak-anak
dengan tanda-tanda dehidrasi berat dapat meninggal dengan cepat karena syok
hipovolemik, sehingga mereka harus mendapatkan penanganan dengan cepat.
Rehidrasi
sebagai prioritas utama terapi. Ada beberapa hal yang penting diperhatikan agar
dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
1)
Menentukan cara pemberian cairan
Penggantian cairan
melalui intravena merupakan pengobatan pilihan untuk dehidrasi berat, karena
cara tersebut merupakan jalan tercepat untuk memulihkan volume darah yang
turun. Rehidrasi IV penting terutama apabila ada tanda-tanda syok hipovolemik
(nadi sangat cepat dan lemah atau tidak teraba, kaki tangan dingin dan basah,
keadaan sangat lemas atau tidak sadar). Cara lain pemberian cairan pengganti
hanya boleh bila rehidrasi IV tidak memungkinkan atau tidak dapat ditemukan
disekitarnya dalam waktu 30 menit.
2)
Jenis cairan yang digunakan.
Pada saat ini
cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di
pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium
tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang
sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter
NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan
oralit untuk mencegah dehidrasi.
3)
Jumlah cairan yang diberikan4,5
Pada prinsipnya jumlah
cairan pengganti yang akan diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang
keluar dari badan. Jika memungkinkan, penderita sebaiknya ditimbang sehingga
kebutuhan cairannya dapat diukur dengan tepat. Kehilangan cairan pada dehidrasi
berat setara dengan 10% berat badan (100 ml/kg).
Bayi harus diberi cairan
30 ml/kg BB pada 1 jam pertama, diikuti 70 ml/kg BB 5 jam berikutnya, jadi
seluruhnya 100 ml/kgBB selama 6 jam. Anak yang lebih besar dan dewasa harus
diberi 30 ml/kgBB pada 30 menit pertama, diikuti 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam
berikutnya sehingga seluruhnya 100 ml/kgBB selama 3 jam. Sangat berguna memberi
tanda pada botol, untuk menunjukan jumlah cairan yang harus diberikan setiap
jam bagi setiap penderita.
Sesudah 30 ml/kg cairan
pertama diberikan , nadi radialis yang kuat dapat teraba. Bila masih lemah dan
cepat, infuse 30 ml/kg harus diberikan lagi dalam waktu yang sama. Meskipun
begitu hal ini jarang dibutuhkan. Larutan oralit dalam jumlah kecil harus juga
diberikan melalui mulut (sekitar 5ml/kg BB per jam) segera setelah penderita
dapat minum, untuk memberi tambahan kalium dan basa, Hal ini biasa dilakukan
setelah 3-4 jam untuk bayi dan 1-2 jam untuk penderita yang lebih besar.
4)
Jalan masuk atau cara pemberian cairan4
Rute pemberian cairan
meliputi oral dan intravena. Larutan oralit dengan komposisi berkisar 29 g glukosa,
3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada
diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk
mempertahankan hidrasi.
2. Mengidentifikasi penyebab infeksi
Untuk
mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis
diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja
disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap. Indikasi
pemeriksaan kultur feses antara lain, diare berat, suhu tubuh > 38,50C,
adanya darah dan/atau lender pada feses, ditemukan leukosit pada feses,
laktoferin, dan diare persisten yang belum mendapat antibiotic.1,7
Gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan
darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma. Bila
ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik, pemeriksaan biakan
empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat
dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus
biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring.1
Secara klinis diare karena
infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
1.
Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas
cairan saja.
2.
Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir
kental dan kadang-kadang darah.
3.Memberikan terapi simtomatik
Terapi
simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya.
Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan
oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan
epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi.4
4. Memberikan terapi definitif3,5
Terapi kausal dapat
diberikan pada infeksi:
a.
Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau
Kloramfenikol.
b.
V. parahaemolyticus,E. coli, tidak memerluka terapi
spesifik
c.
A. aureus : Kloramfenikol
d.
Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau
golongan Quinolon seperti Siprofloksasin
e.
Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol
f.
Helicobacter: Eritromisin
g.
Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol
h.
Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau
Metronidazol
i.
Balantidiasis: Tetrasiklin
j.
Candidiasis: Mycostatin
k.
Virus: simtomatik dan support
ILUSTRASI KASUS

PRIMARY
SURVEY (di IGD)
Penampilan
Anak
T : bergerak kurang aktif, tonus otot
lemah
I : reaksi terhadap suara
C : dapat ditenangkan orangtua
L : pandangan kosong
S : pasien menangis lemah
Upaya
Nafas
-
Suara nafas normal
-
Posisi tubuh normal
-
Nafas cuping hidung
(-), retraksi suprasternal (-), substernal (-), intercosta (-)
Sirkulasi
Kulit
Pucat (+), CRT > 2
detik, mottling (-), sianosis (-)
![]() |
Penampilan ≠ N Upaya Nafas N
Sirkulasi ≠ N
Kesan: pasien shock
Airway
-
Evaluasi
o Look : gerak dinding dada simetris
o Listen : gurgling (-), snoring (-),
stridor (-)
o Feel : terasa hembusan nafas
-
Assesment : airway clear
Breathing
-
Evaluasi
o Frekuensi
nafas 38 x/menit
o Gerakan
dada simetris, nafas cuping hidung (-), retraksi (-), otot bantu pernafasan (-)
Circulation
-
Evaluasi
o Frekuensi
nadi 162 x/menit, nadi teraba lemah, reguler.
o CRT
> 2 detik, akral dingin
o Produksi
urin: tidak dinilai
-
Kesan: syok hipovolemik
-
Tindakan: loading IVFD
RL 20 ml/kgBB dalam 10 menit
-
Reevaluasi: frekuensi
nadi 140 x/menit, nadi teraba kuat, regular, CRT < 2 detik, akral hangat
Dissability
-
Tingkat kesadaran:
alert
-
Refleks cahaya (+/+)
-
Pupil isokhor, 2mm/2mm
Exposure
-
Jaga temperatur
SECONDARY
SURVEY (di Bangsal)
Identitas
pasien
Nama Pasien : An. RA
Umur : 1 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin : laki-laki
Ayah/ibu : H/IE
Agama : Islam
Suku : Melayu
Tanggal Masuk RS : 11 September 2012
Alamat : desa Sei
Kijang camp PT CDSL
ALLONANAMNESIS
Diberikan oleh : orangtua pasien
Keluhan Utama : mencret sejak 3 hari SMRS
Riwayat
Penyakit Sekarang
-
Sejak 3 hari SMRS
pasien mencret. Hari pertama mencret sebanyak ± 6 kali, air lebih banyak
daripada amapas, berwarna kuning, berlendir, berbau amis, darah (+), sebanyak ±
setengah gelas akua. Hari kedua pasien dibawa berobat ke bidan, diberi obat dan
mencret berkurang (2 x), air lebih banyak daripada ampas, sebanyak ± setengah
gelas akua, pasien kehausan, nafsu makan turun. Hari ke-3 pasien masih mencret
lebih dari 5 kali, air lebih banyak daripada ampas, sebanyak ± setengah gelas
akua, pasien kehausan, mual dan muntah setiap kali makan. Sebelumnya pasien
minum dan makan seperti biasa, ganti susu formula (-).
-
Keluhan disertai demam
(+), tidak terus menerus, pasien rewel, batuk (-), pilek (-).
-
Pada hari ke-4 pasien
lemas tidak mau makan dan minum. Pasien dibawa ke IGD RSUD AA.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak
ada yang berhubungan
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak
ada anggota keluarga yang mengeluhkan hal yang sama
Riwayat orangtua
Ayah : karyawan swasta
Ibu : karyawan swasta
Riwayat Kehamilan
Anak
ke-6 dari 6 bersaudara
Hamil
cukup bulan, ANC jarang, sebanyak 2 kali ke puskesmas.
Lahir
spontan ditolong bidan kampung.
BBL
tidak diketahui.
Riwayat Makan dan Minum
ASI : 0 – 1 minggu
Susu
formula : 1 minggu – sekarang
Bubur
saring: 2 hari – 4 bulan
Nasi
biasa : 4 bulan – sekarang
Riwayat Imunisasi
Belum
pernah imunisasi
Riwayat pertumbuhan
BBL
tidak diketahui
BBM
7,3 kg
Riwayat perkembangan
Telungkup : 3 bulan
Duduk : 7 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 1 tahun
Keadaan Perumahan dan Tempat Tinggal
Tinggal
di rumah permanen, ventilasi dan pencahayaan cukup
Sumber
air dan MCK dari sumur bor
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan
Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Alert
Tanda-tanda Vital
TD : 80/50 mmHg
Suhu : 37,9o C
Nadi : 160 x/menit
Nafas : 38 x/menit
Gizi
TB : 73 cm
BB : 7,3 kg
LILA : 13 cm
Lingkar
kepala : 43 cm
Status
Gizi menurut BB/TB NCHS persentil 81% à
Mild malnutrition
Kepala : simetris, normocephal, UUB cekung (+)
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Mata :
Konjungtiva : anemis (-)
Sklera :
ikterik (-)
Pupil :
bulat, isokor, 3mm/3mm
Reflek cahaya : (+/+)
Mata cekung (+)
Telinga : sekret (-/-), dalam batas normal
Hidung : sekret (-/-), pernafasan cuping hidung
(-)
Mulut :
Bibir : kering
Mukosa dalam bibir : basah, sianosis (-)
Palatum :
utuh
Lidah :
tidak kotor
Gigi :
caries (-)
Leher :
KGB :
tidak ada pembesaran KGB
Kaku kuduk :
tidak ditemukan
JVP 5-2 cmH2O.
Thoraks
Inspeksi :
gerakan dada simetris kiri kanan, retraksi (-)
Palpasi :
fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi :
sonor dikedua lapangan paru
Auskultasi :
vesicular, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi :
datar, venektasi (-)
Palpasi :
supel, turgor kulit kurang, organomegali (-), nyeri tekan (-)
Perkusi :
timpani
Auskultasi :
Bising usus (+) meningkat
Alat kelamin : laki-laki, kelainan
congenital (-), dalam batas normal
Ekstremitas : Akral dingin, CRT > 2 detik, clubbing finger (-), pitting edema (-)
Status Neurologis
Refleks
fisiologis (+)
Refleks
patologis (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : (11-9-2012)
Darah
:
Hb
: 13,7 gr/dl
Ht
: 40,5%
WBC
: 14.400/ul
PLT
: 274.000 /ul
Urin :
Makroskopis
: kuning jernih, endapan (-)
Mikroskopis
: protein (-), pH (6,5), Bilirubin (-), glukosa (-)
Feses
:
Makroskopis
: kuning kecoklatan, konsinstensi cair, darah (-), lendir (+)
Mikroskopis
: amoeba (-), telur cacing (-), kista tidak ditemukan (-), leukosit (-)
Radiologi : -
HAL-HAL YANG PENTING DARI ANAMNESIS
- Mencret 3 hari
- Pasien lemas, tidak mau minum.
HAL-HAL YANG PENTING DARI PEMERIKSAAN FISIK
- Mata cekung (+), UUB cekung (+), turgor kulit kurang (+)
DIAGNOSIS KERJA
Diare akut dengan dehidrasi berat
PEMERIKSAAN ANJURAN :
- Elektrolit
TERAPI :
Resusitasi cairan RL
Initial: 219 cc habis dalam
0,5 jam
Repletion: 511 cc habis dalam
2,5 jam
Lacto B 2 x 1
Zinc 1 x 1
Sanmol 3 x ½ Cth (K/P)
PROGNOSIS :
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Follow Up
12 September 2012
S:
Mencret (+) 3 x, warna kuning, ampas < air, lendir (-), darah (-)
Muntah (-), demam (-), BAK (+), minum (+)
O:
HR: 128 x/menit
RR: 30 x/menit
T
: 37,3o C
BB: 7,3 kg
Kepala: UUB cekung (-), mata cekung (-)
Leher: DBN
Thoraks: DBN
Abdomen: BU (+) N, turgor kulit baik
Ekstremitas: CRT < 2 detik, akral
hangat
A:
Diare Akut tanpa Dehidrasi
P
: IVFD 2A 30 tpm micro
Oralit 50 – 100 ml
Lacto 2 x 1
Zinc 1 x 1
Sanmol 3 x ½ Cth (K/P)
13 September 2012
S:
Mencret (+) 4 x, warna kuning, ampas < air, lendir (-), darah (-)
Muntah (-), demam (-), BAK (+), minum (+)
O:
HR: 132 x/menit
RR: 28 x/menit
T
: 37,2o C
BB: 7,3 kg
Kepala: UUB cekung (-), mata cekung (-)
Abdomen: BU (+) N, turgor kulit baik
Ekstremitas: CRT < 2 detik, akral
hangat
A:
Diare Akut tanpa Dehidrasi
P
: IVFD 2A 30 tpm micro
Oralit 50 – 100 ml
Lacto 2 x 1
Zinc 1 x 1
Sanmol 3 x ½ Cth (K/P)
14 September 2012
S:
Mencret (+) 1 x, warna kuning, ampas < air, lendir (-), darah (-)
Muntah (-), demam (-), BAK (+), minum (+)
O:
HR: 130 x/menit
RR: 28 x/menit
T
: 36,9o C
BB: 7,3 kg
Kepala: UUB cekung (-), mata cekung (-)
Abdomen: BU (+) N, turgor kulit baik
Ekstremitas: CRT < 2 detik, akral
hangat
A:
Diare Akut tanpa Dehidrasi
P
: IVFD 2A 30 tpm micro
Oralit 50 – 100 ml
Lacto 2 x 1
Zinc 1 x 1
Sanmol 3 x ½ Cth (K/P)
PEMBAHASAN
Pasien
datang ke IGD dalam keadaan syok hipovolemik yang diakibatkan oleh berkurangnya
volume intravaskuler karena keluarnya cairan tubuh akibat diare dan muntah.
Gejala klinis yang tampak adalah takikardi, akral dingin, CRT > 2 detik, dan
kesadaran turun. Tatalaksana yang dilakukan yaitu meningkatkan curah jantung
dan oxygen delivery dengan jalan
meningkatkan preload yaitu pemberian cairan IV 20 ml/kg selama 10 menit.
Setelah diberikan resusitasi cairan selama 10 menit, keadaan klinis pasien
membaik.
Diagnosis
pasien ini di bangsal adalah diare akut dengan dehidrasi berat. Gejala diare
akut pada pasien ini yaitu pengeluaran tinja dengan konsistensi cair dengan
frekuensi 4 – 6 kali sehari. Keluhan diare pasien ini kurang dari 14 hari
(akut), yaitu sejak 3 hari SMRS. Pada hari ke-4 pasien lemah dan tidak mau
minum, pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 80/50 mmHg, Suhu 37,9o C,
Nadi 160 x/menit, Nafas 38 x/menit, mata cekung, UUB cekung, dan turgor kulit
kurang.
Penderita
dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak menunjukkan
gangguan tanda-tanda vital tubuh memerlukan pemberian cairan elektrolit
parenteral. Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai
berikut :
Usia
<12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam
Usia
>12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2½ jam
Probiotik
(Lacto B) merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada
host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen
saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri
probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena
tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan
pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme
lain, pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian
antibiotika yang tidak rasional dan travellers’s
diarrhea.
Sebagian
besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena
pada umumnya sembuh sendiri (self
limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare
misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah
virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi
terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam
sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat
serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas
atau segala sepsis. Anti motilitas seperti difenosilat dan loperamid tidak
perlu diberikan karena dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi
dan sirkulasi.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Poorwo sumarso
et all, 2003, Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak: Infeksi & Penyakit
Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2.
Behrman Richard
et all, 2009, Nelson textbook of
Pediatrics, Sanders: Phyladelpia.
3.
Ardhani punky,
2008, Art of Theraphy: Ilmu Penyakit
Anak, Pustaka Cendekia
Press: Jogjakarta
4.
Pusponegoro
hardiyono et all, 2004, Standar
Pelayanan Medis Kesehatan Anak:
edisi I, Ikatan Dokter Anak Indonesia.
5.
Hasan Rusepno et
all, 2007, Ilmu Kesehatan Anak 1:
cetakan ke 11, Infomedika: Jakarta.
6.
Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Kedaruratan pada Anak: pelatihan Prakonika XV UKK PGD IDAI.
2011. IDAI: Manado.
7. World Gastroenterology Organisation.
Global Guidelines 2005.
8.
Sirivichayakul C
: Acute Diarrhea in Children, In : Tropical Pediatrics for DTM&H 2002,
Faculty of Tropical Medicine, Mahidol Univesity, Bangkok, Thailand,1-13
9.
Wells BG, DiPiro JT,
Schwinghammer TL, Hamilton CW. Pharmacotherapy Handbook. 5th ed. New
York: McGraw-Hill, 2003. 371-79.
10. WHO. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. 2009.
WHO Indonesia: Jakarta.
Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirimi saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang cara meminumnya. . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.
BalasHapus